Berita

Post Power Syndrome dan Langkah-langkah Menghadapi

(Dikutip dari Kompasiana 24 Juni 2015, Naskah asli oleh : Tjiptadinata Effendi)

Post Power Syndrome tidak hanya terjadi pada para pejabat dan penguasa, tetapi merambah kehampir semua level kehidupan. Terutama bagi mereka yang pernah merasa mengalami masa masa kejayaan dalam perjalanan hidupnya. Kita tidak perlu menegok terlalu tinggi keatas, misalnya mantan presiden, mantan menteri ataupun mantan gubernur. Kita bisa melihat sekeliling kita, mungkin tetangga kita, yang dulunya tampil elegant dan penuh percaya diri, baik sebagai pimpinan perusahaan, pimpinan bank ataupun kepala sekolah, setelah pensiun, tampilannya berubah total. Bahkan ada yang mengurung diri dan menjadi sosok yang pemurung.

Sahabat baik saya, seorang Kakanwil, katakan saja namanya ”Hendro”,  hanya selang beberapa bulan setelah pensiun, mengalami perubahan sikap mental secara drastis. Kalau biasanya datang bertamu ke rumah kami, selalu tampil ceria, banyak bercerita dan ketawa lepas. Tetapi setelah pensiun, wajahnya kelihatan murung. Seringkali ketika baru selesai bercerita tentang masa masa ketika masih dinas, tiba tiba matanya menjadi mendung dan menangis. Ia sering mengeluh, teman-teman yang dulu sering datang bertandang ke rumah dinasnya, sejak belakangan tidak pernah lagi muncul. Bahkan ketika di telpon, nada mereka menjawab sudah tidak seperti dulu lagi. Kalau dulu hampir setiap minggu ada saja undangan yang datang, baik undangan pernikahan, resepsi jamuan makan malam dan sebagainya, sejak pensiun,sudah tidak ada lagi undangan yang datang. Pokoknya Pak Hendro merasa, kini ia menjadi orang yang tersisihkan. Hendro hanyalah salah satu sosok, yang mengalami post power syndrome yang cukup parah.

Ada jutaan “hendro” lainnya di luar sana, yang mengalami nasib yang sama, bahkan lebih parah lagi. Murung, emosionil, stroke dan meninggal. Walaupun urusan meninggal kita anggap urusan Tuhan, tetapi tentunya kita tidak ingin hidup kita berakhir dengan cara menyedihkan, yaitu menebarkan kegelisahan dan kegalauan dalam keluarga. Menjadi beban istri dan anak cucu, serta kemudian meninggal dalam kondisi yang memilukan. Oleh karena semua orang, kalau diberikan umur panjang oleh Tuhan, maka alangkah bijaknya bila sejak sedini mungkin kita mempersiapkan diri . Agar bila masanya tiba, kita bisa melenggang masuk kegelanggang masa pensiun dengan penuh rasa percaya diri. Karena memiliki keyakinan diri, bahwa diri kita tetap bisa berkarya bagi sesama, kendati di usia pensiun.

Post Power Syndrome, merupakan istilah dalam ilmu psikologi yang merupakan gejala yang dialami bukan hanya seseorang yang pernah mengalami masa kesuksesan di dalam perjalanan hidupnya, seperti yang banyak disangka orang. Post Power Syndrome bisa datang pada semua lapisan masyarakat yang memiliki pekerjaan rutin, seperti karyawan, guru dosen dan sebagainya. Memang yang paling merasakan adalah bila seseorang pernah berada di tempat yang “terhormat” dan tiba tiba harus melepaskan semuanya. Kemudian karena berbagai faktor, segala fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang selama ini selalu setia mengikutinya, kini tiba tiba berubah. Kalau biasanya setiap pagi, sudah terjadwal kegiatan sehari penuh, tiba-tiba ia harus tinggal di rumah sepanjang hari. Tidak tahu harus kemana atau melakukan apa.? Kalau selama ini , ada kolega atau teman tempat diskusi atau curhat, kini semuanya sudah berakhir. Hal ini secara sadar atau tidak akan berimbas kehidupan pribadinya.

Orang yang tidak mempersiapkan diri sejak sedini mungkin, akan merasakan suatu kegoncangan pada tatanan kehidupannya. Ia akan menjadi labil dan emosinya tidak lagi stabil yang pada akhirnya akan menyebabkan merosotnya daya tahan tubuh dan jatuh sakit. Ketika tidak lagi menjabat atau berkuasa serta tidak di sanjung orang lagi, maka akan terlihat gejala-gejala kejiwaan yang labil dan yang biasanya bersifat negatif. Rasa kekecewaan terhadap orang orang di sekitar, karena merasa tidak lagi dihormati dan disanjung. Kalau selama ini tidak pernah terpikirkan bahwa suatu waktu ia akan “turun” dari kursi kebesarannya, maka memasuki, masa masa pensiun, menjadi sesuatu yang amat menakutkan bagi dirinya. Intinya adalah orang yang mengalami gejala psikologis seperti ini tidak bisa menerima kenyataan kalau jabatan atau usaha yang pernah ia pegang digantikan oleh orang lain.

Syndrome / gejala gejala yang muncul  yang cenderung muncul kepada orang yang mengalami Post Power Syndrome, antara lain adalah:

  • lunturnya antusias menghadapi hidup
  • mudah tersinggung dan marah, kendati untuk hal yang sepele.
  • tidak mau menerima saran
  • menjadi pendiam
  • suka bernostalgia masa masa kejayaannya
  • rentan terhadap berbagai perubahan.

 

Kegalauan dan kegelisahan hati, serta rasa khawatir berlebihan menghadapi masa masa yang berada di luar zona keamanan dan kenyamanannya, dapat mendistorsi jiwa seseorang yang tidak mempersiapkan diri sedari awal. Sebenarnya terlepas dari siapapun adanya diri kita, adalah wajar, ada rasa kekuwatiran, menghadapi masa masa pensiun. Karena pensiun, bukan hanya pemasukan uang tidak lagi berjalan seperti biasa, tetapi pensiun juga berarti, ia tidak lagi memiliki “kekuasaan” untuk “memerintah” orang lain. Bila gejala ini merambat dan menguasi dirinya, maka kegalauan dan keresahan tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi langsung atau tidak akan menebar dan mendistorsi anggota keluarga.

Oleh karena itu pilihan terbaik adalah  jika kita  memasuki masa pensiun, tanpa rasa kekhawatiran yang berlebihan .

Langkah langkah  untuk mencegah terjadinya post power syndrome : Mempersiapkan diri sedini mungkin dengan menanamkan di dalam hati bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup selamanya. Bahwa suatu waktu suka ataupun tidak, kedudukan kita akan digantikan oleh orang lain. Tanamkanlah pada diri kita, bahwa pensiun adalah sesuatu yang wajar yang merupakan proses alami. Yang tidak dapat dihindarkan oleh siapapun. Dengan jalan menerima bahwa hal tersebut adalah suatu kenyataan hidup, maka hati kita menjadi tenang. Jauh dari kerisauan memikirkan masa pensiun. Mempersiapkan tabungan sebaik-baiknya/rencana investasi jangka panjang dengan resiko yang seminim mungkin.   Misalnya buka warnet/kursus /kost kost an.

Walaupun hasilnya tidak besar, tapi setidaknya untuk pengeluaran sehari harian. Jangan pernah mempercayakan uang tabungan anda kepada siapapun, karena pengalaman pribadi saya selama 20 tahun sebagai pengusaha adalah “Dalam bisnis, tidak ada sahabat yang sejati” Sharing and connecting. Berkomunikasi dan “memasyarakatkan diri” dengan baik pada siapa saja tanpa memandang apakah itu selevel ataupun tidak dengan kita. Sehingga ketika memasuki masa pensiun, bila kita memiliki kepribadian yang baik pasti akan tetap akan dihargai dengan baik, tapi sebaliknya bila memiliki kepribadian yang tidak menyenangkan, maka siapapun akan cuek kepada kita. Jangan pernah membanggakan diri, baik karena jabatan, maupun kekuasaan yang kita miliki, pada saat masa jaya.

Janganlah kita pernah mengabaikan prinsip hidup yang satu ini “bahwa segala sesuatu yang sudah berhasil dicapai, tidak akan selamanya kita miliki“ Sehingga kelak bila waktunya memasuki masa pensiun, maka kita dengan berbesar hati dan percaya diri, berani melenggang masuk kegelangang arena pensiunan. Hal ini akan mengatur dan mengarahkan langkah langkah kita , sehingga kita mampu melengkapi motto  “Muda berkarya tua berguna”. Artikel ini saya tulis berdasarkan pengalaman hidup yang telah dilalui. Dalam masa pensiun, walaupun kami tidak kaya, tetapi kami dapat menikmati hidup secara layak dan tidak menjadi beban anak cucu. Semoga kita semua termasuk di dalam kategori ini. Musim semi, 20 November ,2013 Tjiptadinata Effendi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *